8 Refleksi Perjalanan Pendidikan Indonesia | Pendidikan Kolonial sampai Sekarang



Pendidikan Indonesia mengalami perubahan sejak zaman kolonial sampai sekarang. Pendidikan kolonial diberikan pada segelintir rakyat Indonesia untuk kepentingan perusahaan Belanda. Pendidikannya juga tidak digali dari budaya nasional (kearifan lokal). Hal inilah yang menjadi perhatian para tokoh bangsa untuk memajukan pendidikan Indonesia hingga saat ini.
8 Reflkesi Perjalanan Pendidikan Indonesia Pendidikan Kolonial sampai Sekarang
Infografik Perjalanan Pendidikan Indonesia
Berikut 8 refleksi kritis terkait perjalanan pendidikan Indonesia sejak pendidikan kolonial sampai sekarang.
  1. Pendidikan kolonial bersifat eksklusif yang hanya bisa dinikmati segelintir orang. Itupun demi kepentingan pemerintah Hindia Belanda. Anak-anak Indonesia hanya diberi pengajaran sekedarnya dan tidak memelihara benih-benih kebudayaan nasional.
  2. Pendidikan dengan aliran kultural mulai muncul pada era Kartini (1900) dan Dr. Wahidin Sudirohusodo (1908), tetapi pendidikan dan pengajaran masih berada dalam belenggu intelektualisme, individualisme, materialisme, dan kolonialisme.
  3. Indonesia mulai menemui zaman kebangunan nasional saat lahirnya Tamansiswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara
  4. Pendidikan Indonesia perlu terus berbenah untuk menjadikan pendidikan wadah anak berkembang kehidupan jiwanya, bukan examen cultus dan diploma jacht.
  5. Referensi pendidikan luar negeri dapat diambil sifat-sifat dasarnya guna memperkaya dan mengembangkan kebudayaan Indonesia
  6. Pendidikan tidak hanya pengajaran pengetahuan, tetapi juga pengajaran budi pekerti
  7. Pendidikan Indonesia tidak boleh ada keputusan tradisi (isi, irama, dan pendidikan pada zaman dahulu). Kebudayaan bangsa harus tetap berkembang dan generasi muda tidak kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia
Berdasarkan uraian refleksi di atas, Pendidikan Indonesia diharapkan mampu memelihara dan mengembangkan kebudayaan nasional. Pendidikan Indonesia bukan memuja pencapaian gelar intelektual, tetapi sebagai wadah berkembangnya kehidupan jiwa. Perjalanan kurikulum menunjukkan bahwa bangsa kita terus melakukan penyesuaian demi peserta didik yang merdeka dalam belajar.

Kurikulum merdeka hadir dengan profil pelajar pancasila yang dapat digunakan sebagai cara untuk pengajaran nilai karakter bangsa. Peseta didik juga dibekali dengan pendidikan karakter dan softskill, teknologi dan digitalisasi, pembelajaran kontekstual, dan fleksibel. Pendidikan memberikan kesiapan pada peserta didik untuk menghadapi dunia kerja dan masyarakat.

Dalam pembelajaran peserta didik dilatih untuk bisa kreatif, kolaboratif, kritis, dan komunikatif. Sifat-sifat individualisme, materealisme, dan intelektualisme yang terbawa dari pendidikan kolonial perlu ditinggalkan. Waktunya pendidikan Indonesia berkembang sesuai dengan nafas cita-cita bangsa. 

Ketimpangan dan ketidakmerataan fasilitas pendidikan pada daerah tertinggal juga menjadi perhatian yang serius. Mereka menunggu untuk mendapatkan kelayakan dalam belajar. Kurikulum merdeka harus merdeka untuk seluruh anak di atas tanah air Indonesia.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel